The Island: Yeonjun & Soobin

 Keesokan harinya, Beomgyu benar-benar menepati janjinya untuk kembali ke penampungan. Kini, ia berhasil mengunjungi seluruh tenda. Sebelum pergi, ia juga menyempatkan diri untuk kembali mengunjungi tenda 17. Bagaimanapun, kawan baiknya ada di sana. Rasanya sangat penting untuk memastikan Taehyun baik-baik saja.

Bila kau menanyakan kemana orang tua Taehyun atau bagaimana keadaan keluarganya, hal itu hanya akan membuatnya merasa bersedih. Pasalnya, semua orang sudah mengetahui bahwasanya setiap anak yang berada di penampungan itu sudah pasti keluarganya tidak selamat dari bencana itu. Ya, sekarang kau sudah mengetahui jawabannya.

Kali ini, Beomgyu sengaja membawa seperangkat puzzle Lego untuk dimainkan bersama. Anak itu merasa sangat yakin bahwa orang-orang di tenda 17 akan menyambut permainan baru ini dengan riang gembira. Namun, saat memasuki tenda, tidak ada siapapun di sana selain Taehyun dan Asahi. Keduanya sedang mengerjakan tugas bersama saat ia datang. Mereka segera menyambut Beomgyu begitu menyadari kehadirannya.

"Yang lainnya pada kemana?" Tanya Beomgyu.

"Kak Haechan sama Jerome lagi pergi beli cemilan. Sunghoon pergi ke kamar mandi. Kalau Hueningkai, gatau deh dimana. Kamu tau nggak, Sa?"

Asahi hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Beomgyu mengernyit heran.

"Emang dia gak pernah bilang ke kalian kalau mau pergi?"

Keduanya serempak menggeleng.

"Hueningkai tuh dari awal gabung kesini juga gak pernah ikut ngumpul bareng kita. Tiap hari ngelamun. Kalau ditegur ya gitu, paling responnya, 'Ah, nggak kok!', 'Eh, iya.', 'Hehe, maaf ya.'" Jelas Taehyun.

"Sebenernya tadi aku sempet nanya, katanya mau pergi cari angin." Asahi ikut menambahkan. Beomgyu tadinya ingin berseru. Ia ingin mengajak yang lain untuk mencari Hueningkai. Namun, Taehyun -yang seolah dapat membaca pikirannya- kembali berbicara.

"Jangan dicari! Mau dicari kemanapun gak bakal ketemu. Percaya deh, nanti juga bakal balik lagi ke sini."  

Setelah menimbang, Beomgyu akhirnya mengangguk. Ia memilih untuk menunjukkan Lego yang ia bawa. Mereka mulai menyusun Lego itu dengan mengikuti buku panduannya. Tidak lama berselang, Sunghoon datang bersamaan dengan Haechan dan Jerome. Mereka bersorak demi melihat hamparan potongan Lego terbaru yang dibawa oleh Beomgyu. Ketiga orang ini langsung bergabung. Beruntung, Haechan datang dengan membawa banyak camilan. Karenanya, mereka dapat memasang Lego sambil menyantap camilan. 

Saat sedang asyik-asyiknya memasang Lego, seseorang tiba-tiba masuk ke dalam.

"Halo semua!" ujarnya. Beomgyu beserta yang lainnya seketika menoleh. Oh, bukan hanya satu orang, melainkan dua orang yang masuk. Pakaian keduanya rapi sekali. Masing-masing dari mereka membawa sebuah tas besar. Beomgyu dapat menebak, sepertinya mereka keturunan konglomerat juga. Tapi siapa? Salah satu anak dari donatur di sini? Siapapun mereka, nampaknya seluruh penghuni tenda ini sudah mengenalnya. Anak-anak penghuni tenda langsung menyambut kedatangan mereka. 

"Hey, Soobin, Kak Yeonjun, selamat datang! Pas banget, nih, kita lagi nyusun Lego." Sapa Haechan.

"Lego? Coba pengen liat!" Wajah salah satu dari anak itu nampak berseri. Matanya berbinar seketika. Ia langsung menarik kawannya untuk bergabung.

"Wah. Ini koleksi terbaru, ya? Siapa yang bawa?" Tanya salah satu dari anak itu. Penghuni tenda itu serempak menunjuk Beomgyu. Keduanya nampak bingung melihat Beomgyu--awalnya. Tapi salah seorang dari mereka yang sedari tadi berbicara langsung mengulurkan tangannya.

"Hai, Beomgyu! Kenalin, nama aku Yeonjun. Barusan aku ketemu orang tua kamu, lho, di depan. Baru kunjungan ke sini, ya?"

Beomgyu balas mengulurkan tangannya. Mereka saling berjabat tangan.

"Ah, iya. Aku baru datang ke sini kemarin." Balas Beomgyu dengan kikuk. Ia masih belum terbiasa dengan energi yang dikeluarkan oleh Yeonjun. Energinya sangat menggelegak.

"By the way, marga kita sama, lho! Kamu marga Choi, aku juga Choi. Dia juga Choi." Anak bernama Yeonjun itu menunjuk kawannya yang sedari tadi diam. "Bisa kebetulan gitu ya!"

Sedetik kemudian, Yeonjun memukul pundak temannya pelan. "Eh, Bin! Salaman juga, dong. Kenalan sama teman baru."

Anak itu nampak kikuk. Perlahan ia mengulurkan tangannya.

"Namaku Soobin. Salam kenal."

Beomgyu dengan cepat menjabat tangan Soobin. Ia tersenyum selebar mungkin. Setelah saling berjabat tangan, Yeonjun tertawa pelan.

"Maafin ya. Soobin emang agak pemalu."

Soobin hanya tersenyum kikuk. Beomgyu tertawa melihat gerak-gerik Soobin yang menurutnya sangat lucu. Yeonjun kini sudah beralih menuju puzzle Lego yang sedang disusun itu.

"Ini Lego yang kamu bawa ya? Wah, ini gede banget! Oh iya, aku juga bawa sesuatu, lho!"

Yeonjun bergegas membuka tas besarnya itu. Ia mengeluarkan beberapa buku dari sana.

"Ini dia, buku pesanan kalian!"

Anak-anak lainnya bersorak gembira. Yeonjun segera membagikan buku-buku tersebut pada mereka. Anak-anak itu bergantian mengucapkan terima kasih. Selanjutnya, Yeonjun memerintahkan Soobin untuk membuka tasnya juga. Soobin hanya mengangguk dan dengan cepat membuka tas besarnya. Jika Yeonjun membawa buku, maka Soobin membawa beberapa tas untuk dibagikan kepada seluruh penghuni tenda 17. Semakin bergembiralah anak-anak itu dibuatnya. Soobin mengabsen nama mereka satu per satu. Namun, saat menyebut nama Hueningkai, tidak ada satu pun anak yang datang menghampiri Soobin.

"Oh, Hueningkai nya gak ada, ya?" Tanya Soobin. Anak-anak itu menjawab dengan anggukan.

"Yaudah deh, tasnya aku titip ke kalian aja, ya."

"Iya, sama bukunya juga!" Yeonjun menyahut. Ia memasukkan buku tersebut ke dalam tasnya Hueningkai. Sunghoon yang posisinya paling dekat dengan mereka merasa tergerak untuk mengambil tas itu. Ia menyimpannya di samping kasur Hueningkai.

"Si Kai ini kebiasaan. Kalo pergi gak pernah bilang-bilang. Gak takut hilang apa?" Jerome bersungut. Yeonjun segera menegur Jerome.

"Hush, jangan gitu. Nanti juga balik lagi, kok. Mending kita lanjut masang Lego aja, yuk!"

Yeonjun sudah beralih memainkan puzzle Lego. Ia melihat buku panduan, lantas mencoba memasang puzzle itu. Melihatnya tentu saja membuat anak lainnya ikut bergabung.

Sekitar dua jam setelahnya, mereka berhasil menyusun setiap puzzle Lego menjadi suatu bangunan pencakar langit. Anak-anak itu bertepuk tangan menatap hasil karya mereka. Tepat setelah acara selebrasi itu, baik Yeonjun, Soobin maupun Beomgyu dijemput oleh orang tua masing-masing. Mereka berpamitan sebentar sebelum pergi meninggalkan area penampungan.

Hueningkai bahkan belum kembali setelah tiga orang ini pergi. Ia baru kembali larut malam, tepat saat pintu gerbang hendak ditutup. Saat ia datang, semua teman setendanya sudah tertidur pulas. Hueningkai menghampiri kasurnya. Entah siapa yang sudah berbaik hati merapikan dan menggelar kasurnya. Ia sangat berterimakasih. Anak itu mengernyit heran saat melihat sebuah tas di sampingnya. Di sana terdapat secarik kertas. Ia meraih kertas tersebut.

"Oh, ini surat, ya? Tulisannya kayak tulisan kak Haechan."

Ia membaca isi surat tersebut. Di sana tertulis,

Kai, ini ada tas dari kak Soobin. Di dalamnya juga ada buku dari kak Yeonjun. Tadi Beomgyu datang kesini bawa Lego. Kita sisain satu bagian, takutnya kamu mau mainin juga. Lain kali kalau mau pergi, tolong bilang dulu.

Hueningkai tersenyum lebar. Ia senang, namun ia tak tertarik membuka tas itu sekarang. Tubuhnya lelah sekali setelah seharian berjalan kaki. Sekarang ia memilih untuk tidur. Selamat malam!





Nah lho, abis darimana tuh?


Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Island: A Plan

The Island: How We Meet Each Other