The Island: Hueningkai

 Hari-hari berlalu, Beomgyu semakin sering mengunjungi penampungan. Ia yang kini sudah mulai akrab dengan Yeonjun dan Soobin terkadang berangkat bersama menuju penampungan. Ternyata rumah mereka tidak terlalu jauh. Mereka akan berkumpul di taman kota untuk kemudian berangkat bersama menuju penampungan dengan sepeda mereka. Bersamaan dengan itu, keluarga mereka pun menjadi kolega dekat. Tentu itu berita bagus.

Beomgyu memiliki alasan yang kuat untuk selalu menyempatkan diri mengunjungi penampungan. Selain karena ia senang bermain bersama kawan-kawannya, ia juga ingin Taehyun kembali seperti dulu. Ia ingin Taehyun kembali menjadi sosok yang dikenalnya.  Maka dengan motivasi itu, Beomgyu mencoba berbagai cara untuk menghiburnya. Setiap kali ia melihat Taehyun pergi menyendiri, ia akan memaksanya untuk ikut bergabung. Awalnya Taehyun merasa kesal. Namun, lama-kelamaan ia pun mulai kembali seperti pribadinya yang dulu. Ia mulai bisa berbaur dengan teman-temannya yang lain. Ia pun mulai bisa bercerita dan mengekspresikan dirinya dengan baik. Selain itu, nilai-nilainya di sekolah pun ikut membaik. Sukses sudah Beomgyu mengembalikan pribadi Taehyun seperti dulu.

Di sisi lain, Yeonjun merasa senang dengan keberadaan Beomgyu. Anak itu memiliki kemampuan adaptasi yang baik. Ia seringkali mencairkan suasana jika kondisi sedang terasa canggung. Selain itu, Beomgyu yang senantiasa riang gembira dapat membuatnya merasa bersemangat, seolah anak itu memberikan booster semangat padanya. Begitu pun dengan Soobin. Ia merasa Beomgyu dapat dijadikan teman yang baik. Ia mampu membuat Soobin lebih terbuka dengan mengesampingkan sifat pemalunya. Beomgyu pun sebetulnya merasa senang dapat berkawan dengan Yeonjun dan Soobin. Menurutnya, Yeonjun selalu mengapresiasi apapun yang dilakukannya. Sedangkan Soobin selalu menjadi teman bermain yang baik.

Dengan segala macam kecocokan ini, mereka pun bersekongkol untuk menjaga stabilitas penampungan. Mereka ingin semua anak-anak yang ada di sini merasa bahagia. Misi yang sebetulnya tidak mereka sadari ini membuahkan hasil. Hampir 90% anak merasa lebih rileks di penampungan ini. Mereka mampu melupakan kesedihan mereka dan ikut bergabung bersama kawan-kawan dari tenda lain. Namun, nyatanya misi ini belum sepenuhnya berhasil. Masih ada beberapa anak yang belum bisa berbaur. Beberapa di antara mereka masih sering melamun. Bahkan yang terparah di antara mereka sangat penyendiri dan sering menghilang entah kemana. 

Dialah Hueningkai.

Yeonjun sebetulnya selalu mudah bergaul karena ia memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Namun, saat mencoba berkomunikasi dengan Hueningkai, ia bahkan tidak memperoleh informasi apapun walau Hueningkai selalu meresponnya dengan baik. 

Soobin mampu berbaur karena ia selalu memposisikan dirinya sebagai seseorang yang dapat diandalkan. Ia selalu menawarkan bantuannya pada Hueningkai. Mungkin saja anak itu butuh bantuan. Namun, Hueningkai selalu menolak bantuan apapun yang ditawarkan oleh Soobin.

Di sisi lain, Beomgyu memiliki kemampuan 'memaksa' yang sangat ciamik. Entah kenapa atau dengan kekuatan apa Beomgyu melakukannya, ia selalu berhasil memaksa orang lain untuk mengikuti keinginannya. Namun, hukum ini seolah tak berlaku bagi Hueningkai. Ia selalu memiliki 1001 cara untuk menolak Beomgyu.

Mereka menyimpulkan Hueningkai memiliki kemampuan mengelak tingkat tinggi. Hal itu tentu tidak bisa dibiarkan.

Awalnya mereka bertiga mencoba melakukan apapun untuk mengalihkan Hueningkai dari pikirannya. Taehyun yang melihat keseriusan temannya mulai memperhatikan Hueningkai. Terkadang ia mengajak Hueningkai untuk mengobrol secara privat. Beruntungnya, Hueningkai selalu meresponnya dengan baik. Perlahan, ia mulai memberikan satu dua informasi mengenai dirinya, walaupun hanya sebatas makanan dan minuman favoritnya. Taehyun pun rutin melaporkan setiap temuannya pada Yeonjun, Soobin, dan Beomgyu. Dari situlah ide-ide untuk mengalihkan Hueningkai dari pikirannya mulai bermunculan.

Mereka bertiga berdiskusi dengan orang tuanya. Mereka bersepakat meminta orang tua mereka masing-masing untuk membelikan alat-alat olahraga. Mereka mengatakan bahwa anak-anak penampungan kurang olahraga. Tentu mereka akan sangat membutuhkannya. Tanpa butuh waktu lama, alat-alat olahraga sudah tersedia di penampungan itu. Keempat anak ini fokus memerhatikan Hueningkai. Nasib, ternyata Hueningkai lebih senang menonton dibanding memainkannya. Mereka kembali berkonsultasi. Anak-anak itu tentu saja tidak mengatakan bahwa mereka membutuhkan fasilitas baru untuk Hueningkai. Mereka hanya mengatakan bahwa anak-anak penampungan perlu mengembangkan kreativitas mereka. Orang tua mereka memutuskan untuk membuat mainan pasir. Biasanya anak-anak menyukainya. Memang ada kemajuan. Saat Taehyun mengajak Hueningkai untuk mengunjungi permainan itu, ia nampak senang memainkannya. Tapi hanya sebentar. Setelah itu, ia kembali menghilang. Mereka kembali berkonsultasi. Kali ini, orang tua mereka merombak salah satu ruangan di dalam rumah menjadi ruang melukis. Ternyata Hueningkai tidak begitu tertarik. Ia hanya bertahan selama 3 hari di ruangan itu. Setelahnya kembali menghilang. Mereka kembali memohon kepada orang tuanya untuk melakukan sesuatu. Sayangnya, permohonan mereka ditolak karena sudah tidak ada ruangan yang bisa digunakan. Menyadari tidak ada lagi usaha yang bisa dilakukan, mereka memilih pasrah.

Namun, perubahan itu masih dapat terjadi.

Hari itu, Beomgyu datang dengan membawa sebuah okulele. Anak itu memang mahir memainkannya. Ia ingin mencoba sebuah lagu baru bersama teman-temannya. Setelah memainkan beberapa lagu, tanpa disangka Hueningkai ternyata sangat tertarik dengan permainan okulele itu. Ia menawarkan diri untuk mencoba memainkan sebuah lagu. Beomgyu segera memberikan okulelenya pada Hueningkai. Setelah mendengarkan permainan okulele Hueningkai, Beomgyu merasa sangat takjub. Apalagi saat ia mengatakan bahwa ini kali pertamanya memainkan okulele. Hal yang membuat mereka yang menonton merasa terkejut ialah fakta bahwa Hueningkai mampu memainkannya dengan sangat baik meskipun ia tak bisa membaca not blok lagu. Trio Choi beserta Taehyun merasa mendapat angin segar. Trio Choi segera meminta orang tuanya untuk membuat kelas musik, sedangkan Taehyun sengaja meminjam okulele milik Beomgyu untuk berlatih bersama Hueningkai. Ia mengajarkan Hueningkai cara membaca not blok lagu. Mereka berlatih setiap malam. Di beberapa kesempatan,Trio Choi juga menyempatkan diri untuk ikut berlatih bersama mereka.

Setelah 3 bulan proses renovasi, kelas musik pun akhirnya dibuka. Guru-guru terbaik sengaja didatangkan dari seluruh negeri. Betapa bersemangatnya Hueningkai dalam acara pembukaan kelas ini. Ia segera mencoba banyak alat, menjadikannya sebagai murid paling antusias. Prestasinya di kelas itu pun bukan main. Ia hanya membutuhkan waktu 5 bulan untuk menguasai seluruh alat musik. Vokalnya pun sangat menonjol. Taehyun yang juga memiliki prestasi menonjol di bidang vokal sering melakukan penampilan duet bersama Hueningkai di asrama. Beomgyu pun terkadang turut serta sehingga mereka membuat band cilik. Yeonjun dan Soobin memilih menjadi suporter, meskipun mereka sebetulnya memiliki suara yang bagus. Seiring berjalannya waktu, kelima anak ini menjadi teman akrab.

Suatu ketika, Soobin datang dengan membawa sebuah poster berisi pengumuman ajang kompetisi musik. Melihat poster itu, band cilik yang sedang merintis karirnya itu segera ikut mendaftar. Mereka berlatih setiap hari di ruang musik. Dalam persiapan itu, mereka membuat kesepakatan. Jika band mereka berhasil menyabet gelar juara, Hueningkai harus menceritakan dirinya secara detil, tanpa ada kebohongan sedikitpun. Dengan senyum lebar, Hueningkai mengangguk sebagai bentuk persetujuannya. Kesepakatan itu memotivasi Taehyun dan Beomgyu untuk berlatih lebih keras lagi. Yeonjun dan Soobin pun semakin keras mendukung band cilik itu.

Hari perlombaan pun tiba. Mengingat hari ini adalah kali pertama anak-anak penampungan mengikuti kompetisi, band itu sengaja diantar dengan mobil mewah milik keluarga Beomgyu. Keluarga Yeonjun yang bekerja di bidang fashion memberikan pakaian terbaik untuk hari yang istimewa itu. Seluruh penampungan membuat pesta untuk menyemangati band kecil itu. Hal-hal itu membuat kepercayaan diri mereka meroket. Mereka menampilkan lagunya dengan penuh kepercayaan diri. Juri beserta penonton terpukau dengan penampilan mereka. Begitu selesai membawakan lagu, mereka langsung mendapat tepuk tangan meriah dari para penonton.

Setelah melewati berbagai macam penilaian juri, band cilik mereka keluar sebagai pemenang. Betapa senangnya anak-anak itu saat diberi medali beserta sertifikat berisi uang. Yeonjun dan Soobin beserta seluruh penghuni tenda 17 yang turut hadir bersorak gembira. Anak-anak itu segera disambut meriah begitu turun dari panggung. Orang tua Soobin pun turut hadir di sana. Keduanya memberikan kue bolu khusus untuk merayakan kemenangan mereka. Tidak sampai di situ. Begitu sampai di penampungan, mereka kembali mendapatkan sambutan yang luar biasa. Orang tua Yeonjun dan Beomgyu hadir di sana. Mereka memberi ucapan selamat dan beberapa hadiah kecil. Baik Taehyun, Beomgyu, maupun Hueningkai merasa senang sekali saat itu. Mereka akhirnya bernyanyi bersama.

Barulah pada malam harinya, Trio Choi beserta Taehyun dan Hueningkai memasuki bagian dalam bangunan. Selama 8 bulan terakhir, gedung yang tak lain merupakan bekas rumah keluarga Yeonjun ini terus menerus mengalami perbaikan. Hanya ada 4 ruangan yang beroperasi di dalam gedung ini, yaitu dapur, gudang, ruang melukis, dan ruang musik. Ruangan lainnya masih dalam proses perbaikan. Yeonjun mengajak mereka pergi menuju lantai teratas bangunan itu. Di sana terdapat sebuah ruangan. Empat anak yang mengekor di belakangnya saling tatap. Mereka tidak tahu ada ruangan lain dalam bangunan ini. Yeonjun membuka kunci ruangan itu. Begitu memasuki ruangan, keempat kawannya merasa sangat terkejut. Ruangan itu didesain layaknya sebuah kamar. Di sana terdapat sebuah kasur berukuran besar, sofa kecil, sebuah lemari besar, dan laci-laci kecil.

"Ini bakalan jadi ruangan rahasia kita. Kalian bebas mau ngelakuin apapun di sini. Tapi ingat, jangan berantakan ya!" Ujar Yeonjun.

Beomgyu segera berjalan masuk. Ia menyisir setiap interior yang ada di ruangan itu. Taehyun dan Soobin memilih untuk duduk anteng di sofa. Hueningkai hanya melihat-lihat sekilas, kemudian ikut duduk bersama Taehyun dan Soobin. Yeonjun menghampiri sebuah laci. Ia mengeluarkan beberapa makanan dari sana.

"Kak Yeonjun kok bisa megang kuncinya? Kok bisa tau juga ada ruangan ini?" Tanya Taehyun.

"Pastilah tau. Ayah bikin ruangan ini biar aku bisa ikut tidur di sini. Emang kalian kira kalau aku sama Soobin main sampai malam, kita tidur dimana?"

"Lho, aku kira kalian dijemput malam itu juga. Kayak aku." Sahut Beomgyu yang kini tengah rebahan di atas kasur.

"Kak Taehyun, kalau kamu lupa, aku ingetin. Bangunan ini kan dulunya punya keluarga kak Yeonjun. Pasti Kak Yeonjun tau banyak tentang pembangunan bangunan ini." Sahut Hueningkai saat melihat Taehyun hendak bertanya. Refleks ia memukul kepalanya pelan.

"Oh iya juga. Aku betulan lupa."

Yeonjun hanya tertawa kecil. Selanjutnya ia menaruh seluruh cemilan yang ia ambil di atas karpet. Ia menyuruh anak-anak yang lain untuk ikut duduk bersamanya. Anak-anak itu membuat lingkaran kecil. Mereka mulai mencicipi setiap cemilan yang terhidang. Mereka pun mengobrol kecil hingga tanpa terasa seluruh cemilan pun habis. Yeonjun kembali mengeluarkan cemilan yang tersisa di lacinya.

"Eh, kita kan udah berhasil menang nih. Bukannya ada yang mau cerita ya?" Ujar Beomgyu.

"Oh iya, perjanjian itu ya?" Sahut Yeonjun. Seluruh pasang mata menatap Hueningkai, seolah menuntutnya untuk segera memulai ceritanya.

"Emang harus ya?" Hueningkai menjawab dengan ragu. Anak-anak lainnya mulai mendesak Hueningkai untuk bercerita.

"Udah janji tuh. Ayo, cerita. Aku pengen tau kenapa kamu selalu nolak semua bantuan yang aku kasih." Jawab Soobin.

"Sambil makan aja nih, biar rileks." Sahut Yeonjun. Ia memberikan sebuah Pringles pada Hueningkai. Anak itu menghela nafasnya beberapa kali sebelum mulai bercerita.

"Aku bingung harus mulai dari mana. Tapi karena aku udah janji. Jadi ya... Dulu, aku sempet dirawat di rumah sakit darurat sebelum dibawa ke sini. Waktu pertama kali bangun, aku beneran gatau kenapa aku tiba-tiba ada di sini dan aku gatau dimana aku sekarang." Hueningkai memulai ceritanya. Anak-anak lainnya mendengarkan ceritanya dengan seksama.

"Begitu bangun, yang pertama aku lihat tuh wajahnya Suster Hanna. Beliau langsung nanyain kondisi aku dan segera manggil dokter lainnya buat datang. Aku awalnya masih belum berani nanya aku ini dimana dan kenapa bisa ada disini. Sampai akhirnya aku tau, ternyata aku korban tsunami."

"Eh, jadi kamu hilang ingatan, Kai?" Tanya Yeonjun hati-hati. Hueningkai mengangguk sebagai jawaban.

"Selama di rumah sakit itu, aku cuma ditemenin sama Suster Hanna. Makanya waktu itu, aku takut banget pas suster bilang aku harus dipindah ke penampungan. Aku nolak. Pas Suster Hanna bilang kalau dia bakal nemenin aku selama di penampungan itu, baru aku mau pindah ke sini."

"Suster Hanna pegawai di sini ya?" Tanya Soobin.

"Kayaknya yang biasa dipanggil Bu Hanna ya? Kalau iya, berarti Bu Hanna tuh yang suka jaga sarapan sama petugas UKS itu, kan?" Taehyun mencoba untuk memastikan. Hueningkai kembali menjawabnya dengan anggukan.

"Selama disini aku sering jalan-jalan bareng Suster Hanna. Suster sering ngajak aku keliling kota. Tapi tempat favorit aku tuh pinggir pantai. Aku paling sering main kesitu."

"Pantesan sering banget ilang. Ternyata jalan-jalan. Itu mah aku juga mau." Ujar Taehyun.

"Kenapa kamu nggak nyoba gabung sama yang lainnya, Kai?" Tanya Yeonjun.

"Iya, lho. Kalau bareng temen-temen, kan lebih seru." Sahut Beomgyu. Hueningkai menghela nafasnya pelan. Raut wajahnya berubah sendu.

"Sebenernya, aku takut buat gabung sama kalian. Aku ngerasa aku ini beda dari yang lain. Aku gak tau siapa orang tua aku, aku sebenernya tinggal dimana dan gimana kondisi orang tua aku sekarang. Aku nganggep Suster Hanna sebagai ibu aku sendiri karena sampai sekarang aku belum tau orang tua aku siapa. Aku cuma ingat nama sama marga, yang bahkan marga aku aja gak pernah terdaftar sebagai penduduk di kota ini." Hueningkai menunduk begitu menyelesaikan kalimatnya. Melihat raut wajah kawannya yang kian sendu, Yeonjun merangkul anak itu. Ia menepuk-nepuk pundaknya pelan.

"Kamu gak usah takut. Kita siap sedia jadi temen kamu. Kamu juga bisa anggap orang tua aku sebagai orang tua kamu juga. Gausah sungkan." Mendengar ucapan Yeonjun membuatnya bertambah sedih. Ia justru mulai menangis. Anak-anak lainnya mulai mendekat dan memeluk Hueningkai.

"Gapapa. Aku juga ngerti. Kita bareng-bareng aja, Kai. Orang tua kami, orang tua kamu juga." Ujar Beomgyu.

"Kalau butuh apa-apa, jangan sungkan buat minta. Pasti bakal aku beliin. Lain kali, kalau ada apa-apa, kamu ngomong aja ke kita." Soobin turut bersuara.

"Kamu juga bisa anggap kita ini keluarga kamu. Lagian kita juga sering main bareng, kan?" Taehyun menepuk-nepuk punggung Hueningkai, mencoba membuatnya merasa lebih tenang. Setelah lebih tenang, Hueningkai mencoba menatap kawan-kawannya.

"Makasih banyak." Ucapnya kemudian. Yeonjun tersenyum padanya.

"Makasih juga udah mau cerita. Lain kali kalau ada apa-apa, ngomong aja ya. Pasti aku kasih. Tapi, tolong jangan murung lagi. Jangan suka sendirian lagi, okay?"

"Kalau mau jalan-jalan, ajak-ajak dong! Kita kan satu tenda. Aku juga pengen jalan-jalan." Protes Taehyun. Hueningkai tertawa pelan, kemudian ia mengangguk.

"Eh, kita kan abis menang kejuaraan ya. Kenapa kita nggak ngajuin jalan-jalan?" Tanya Beomgyu.

"Boleh. Nanti aku coba ngomong sama orang tua aku." Jawab Yeonjun.

Anak-anak lainnya lantas bersorak mendengar ucapan Yeonjun. Setelah mendengar cerita itu, mereka mulai melempar candaan. Ruangan itu penuh dengan canda tawa. Mereka juga menyempatkan diri untuk pergi ke rooftop demi melihat langit malam yang dipenuhi bintang-bintang. Anak-anak itu nampak takjub melihat indahnya langit malam. Menyadari waktu sudah larut malam, anak-anak itu memutuskan untuk bermalam di kamar itu.

Selepas hari itu, mereka menjadi semakin akrab. Hueningkai pun mulai terbuka. Baik Yeonjun, Soobin, Beomgyu, maupun Taehyun merasa senang melihat perubahan Hueningkai. Nampaknya misi mereka akhirnya berhasil. Anak-anak itu bertepuk tangan demi melihat perkembangan Hueningkai.

Dan ya, sejak saat itulah persahabatan mereka dimulai.



-- Tbc.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Island: Yeonjun & Soobin

The Island: A Plan

The Island: How We Meet Each Other