The Island: A Plan
10 tahun berlalu.
Penampungan dengan tenda-tenda itu kini telah berubah menjadi sekolah berasrama. Sekolah ini dikhususkan untuk para siswa-siswi yang berprestasi dan mereka yang yatim piatu. Yayasan yang mengurus sekolah ini tidak memungut biaya apapun. Otomatis mereka dapat bersekolah gratis tanpa dipungut biaya. Tentu saja yayasan ini diketuai oleh keluarga Yeonjun dengan perusahaan raksasa milik keluarga Soobin dan keluarga Beomgyu sebagai donaturnya.
Dalam perkembangannya, Trio Choi serta Taehyun dan Hueningkai memilih untuk menjadi pengurus di sekolah ini. Yeonjun memegang jabatan sebagai staff keamanan. Sudah menjadi tugasnya untuk selalu memeriksa sekolah dan asrama setiap harinya dan memastikan lingkungan asrama selalu aman terkendali. Sedangkan Beomgyu, Taehyun, dan Hueningkai memegang jabatan sebagai tenaga pengajar di sekolah. Subjek yang mereka ajarkan berbeda-beda, tergantung kemampuan masing-masing. Di sisi lain, Soobin memegang jabatan sebagai distributor. Dialah yang mengatur suplai kebutuhan pokok di sekolah dan asrama. Mereka tidak bekerja sendiri, kok. Mereka memiliki tim kerja masing-masing. Meskipun posisi mereka berbeda-beda, kelima pemuda itu tinggal bersama di sebuah kamar khusus untuk staff.
Omong-omong, bagaimana dengan band cilik mereka? Band itu sudah lama bubar. Semenjak sekolah resmi dibuka, Taehyun menunjukkan kebolehannya dalam segi akademik. Prestasinya mentereng sekali. Berbagai macam kejuaraan berhasil ia menangkan. Di saat bersamaan, ia mulai melangkah menjauhi band itu. Beomgyu dan Hueningkai mencoba mempertahankan band mereka. Awalnya lancar. Tapi semenjak Beomgyu memasuki dunia perkuliahan, dia tidak dapat terjun lagi dalam dunia permusikan. Sejak saat itulah band mereka resmi bubar.
Pendidikan mereka berjalan dengan baik. Yeonjun baru saja diwisuda tahun ini. Bersamaan dengan itu, Hueningkai pun lulus dari akademi musiknya dengan gelar Siswa Terbaik. Soobin tahun ini akan menginjak semester 7, sedangkan Taehyun dan Beomgyu akan menginjak semester 5. Untuk merayakan kelulusan Yeonjun dan Hueningkai, mereka berencana untuk pergi berlibur. Kelima pemuda itu berdiskusi mengenai rencana liburan ini dan mengutus Yeonjun sebagai perwakilan. Destinasinya belum ditentukan, sih. Tapi setidaknya mereka meminta izin terlebih dahulu sebelum menentukan destinasi liburan. Dengan semangat membara, pemuda itu segera pergi ke rumahnya untuk mendiskusikan hal ini dengan orang tuanya.
Saat Yeonjun mencoba membicarakan hal ini pada orang tuanya, keduanya langsung menyetujui acara jalan-jalan mereka. Bahkan, setelah kedua orang tuanya berdiskusi dengan keluarga Soobin dan Beomgyu, mereka bersedia menanggung seluruh biaya liburan mereka, termasuk uang saku. Betapa senangnya Yeonjun menerima kabar ini. Setelah mendapat surat resmi, ia segera menyalakan tombol darurat melalui ponselnya agar semua anggotanya berkumpul di kamar asrama mereka sesegera mungkin.
Dengan kekuatan tombol darurat, semua anggotanya telah berkumpul saat Yeonjun sampai. Mereka segera menaruh atensi pada Yeonjun saat pemuda itu datang.
"Yo, guys! Gw membawa kabar bagus untuk kalian semua." Ucapnya begitu memasuki ruangan.
"Kenapa? Pasti kita diizinin, kan?" Taehyun mencoba menebak. Yeonjun balas mengangguk.
"Bukan cuma diizinin, bro. Lebih dari itu." Jawabnya seraya tersenyum lebar. Yeonjun sengaja menggantung kalimatnya. Bukannya ikut bergabung bersama yang lainnya di sofa, pemuda itu justru melengos menuju dapur. Membuat anggota yang lain bertanya-tanya dengan kelanjutan beritanya.
"Terus kenapa, woy? Jangan setengah-setengah gitu lah! Apa kelanjutannya?" Ucap Beomgyu setengah berteriak.
"Sabar, woy! Gw haus." Balas Yeonjun. Setelah melepas dahaga, pemuda itu kembali dengan membawa secarik kertas. Ia menyerahkannya pada Soobin.
"Surat apa ini?" Tanya Soobin bingung.
"Udah, baca aja!"
Melihat wajah Yeonjun yang nampak sangat bahagia membuatnya terdorong untuk membuka surat itu. Ia membacanya dengan suara lantang agar semua orang dapat mendengarnya. Begitu surat tersebut selesai dibacakan, keempat pemuda lainnya langsung berseru.
"Demi apa, Kak? Liburan gratis?" Wajah Beomgyu seketika nampak cerah. Ia mengguncang pundak Hueningkai yang duduk di sampingnya.
"Kita akhirnya jalan-jalan, Kai! Pokoknya di sana kita harus puas-puasin liburan, Kai! Kita habiskan uang yayasan!" Ucap Beomgyu heboh. Hueningkai tertawa kecil mendengarnya.
"Oh, harus itu mah." Balasnya kemudian.
"Nggak gratis. Ada batas uangnya lho itu." Sahut Soobin mengingatkan Beomgyu dan Hueningkai. Takutnya boros beneran. Ia sudah memasang ekspresi mengancam agar dua orang ini tidak kebablasan.
"Tapi kita mau jalan-jalan kemana?" Tanya Taehyun.
"Kemana aja bebas, Hyun. Kita bisa kemana aja." Jawab Yeonjun dengan antusias. Setelah mengatakan hal itu, kelima pemuda itu seketika terdiam. Mereka memikirkan kemana mereka akan pergi.
"Mungkin kita coba eksplor dalam negeri aja." Ujar Soobin. Mendengar usulan itu, mereka serempak menggeleng.
"Kalo dalam negeri, kita udah sering. Rasanya pengen nyari sensasi baru." Balas Taehyun. Kelima pemuda itu kembali terdiam.
"Kalo mau nyari rekomendasi, kita tanya Kak Jerome aja. Dia kan bolang, sering jalan kemana-mana." Usul Hueningkai. Merasa mendapat pencerahan, Beomgyu segera meraih ponselnya.
"Ide bagus, Kai. Kita hubungi bocah itu." Ucapnya seraya menelepon nomor Jerome. Tidak butuh waktu lama sampai panggilan telepon itu diterima oleh sang empunya.
"Halo, Gyu? Ngapain dah lu telepon-telepon gw? Gw lagi sibuk, nih!"
"Gaya lu sok sibuk!" Sembur Beomgyu. Sejurus kemudian, ia segera memperhalus nada bicaranya dengan mengatakan, "Jerome kawan baikku, sebetulnya saya sangat membutuhkan bantuanmu!"
Terdengar suara decakan dari balik telepon. Beomgyu terkekeh pelan.
"Dasar lu. Giliran ada butuhnya aja lu dateng ke gw. Ada apa?"
"Kak Yeonjun barusan ngajak jalan-jalan, nih, tapi kita belum tau mau jalan kemana. Lu ada rekomendasi nggak?" Jawabnya.
"Gw diajak juga nggak, nih?"
"Nggak." Jawab Beomgyu singkat. Suara decakan kembali terdengar dari balik telepon.
"Sialan ya lu. Minta saran iya, ngajakin mah kagak."
Seluruh anggota yang mendengar percakapan itu tertawa mendengar gerutuan Jerome.
"Kapan-kapan gw ajak, Jer!" Balas Yeonjun. Jerome kembali menggerutu setelah mendengar jawaban itu. Kelima pemuda itu hanya membalas dengan gelak tawa.
"Jadi, lu punya rekomendasi nggak?" Tanya Beomgyu setelah menyelesaikan tawanya.
"Gw pikir-pikir dulu deh. Lu pada sekarang ada di asrama, kan?"
Beomgyu menjawab singkat.
"Yaudah, kita bahas aja di asrama."
Jerome langsung mematikan sambungan telepon. Tidak berselang lama, pintu asrama mereka terbuka, menampilkan sosok Jerome beserta beberapa cemilan di tangannya.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Selama sepuluh tahun terakhir, Jerome berkembang menjadi seorang aktivis budaya. Semua dimulai saat sekolahnya mengadakan acara study tour. Saat itu, ia sedang duduk di kelas 2 SMP. Entah mengapa, ia begitu tertarik mendengar penjelasan guru mengenai situs budaya yang sedang ia kunjungi. Sepulang dari sana, ia segera menyibukkan diri di perpustakaan untuk mencari tahu lebih dalam tentang kebudayaan.
Ia tidak sendirian. Haechan yang juga tertarik dengan topik ini sering mengajaknya berdiskusi dan belajar bersama. Di beberapa kesempatan, mereka akan memamerkan beberapa kerajinan yang berhasil mereka buat kepada teman-teman asrama mereka. Mereka pun sering mengikuti acara-acara kebudayaan di dalam maupun di luar sekolah. Setelah mereka mengenal berbagai macam jenis seni budaya, mereka mencoba mengikuti perlombaan seni budaya tingkat provinsi dan berhasil menduduki peringkat pertama. Semenjak saat itu, berbagai kesempatan untuk mendalami seni budaya semakin terbuka lebar. Kedua anak itu mulai pergi menjelajahi negeri untuk mempelajari seni budayanya.
Saat mereka duduk di kelas 3 bangku SMA, suatu organisasi kebudayaan terbesar di negeri ini melakukan acara seminar dan sosialisasi di sekolah mereka. Mereka menawarkan kesempatan berkeliling dunia bagi siapapun yang dapat menjawab kuis dari mereka. Mendengar tawaran sehebat itu, Jerome berusaha keras memutar otaknya sampai akhirnya ia keluar sebagai pemenang. Haechan pun berhasil lulus dari kuis itu. Mereka berdua dibawa ke daerah ibu kota dan bergabung bersama siswa lain. Di sana, mereka diajarkan berbagai macam jenis budaya. Setelah melakukan training selama 1 tahun, akhirnya Jerome dan kawan-kawannya diberi izin untuk melakukan eksplorasi ke luar negeri.
Karena latar belakangnya yang penuh dengan petualangan, Beomgyu tidak ragu untuk menghubungi Jerome saat Hueningkai menyarankan namanya. Begitu Jerome duduk di sofa, kelima pemuda itu langsung meminta Jerome untuk mencarikan destinasi wisata yang unik, nyentrik, beda dari yang lain, dan instagramable. Jerome berpikir sejenak. Setelahnya, ia menyebutkan beberapa nama tempat yang menurutnya sangat sesuai dengan deskripsi mereka. Tak lupa pula ia tunjukkan beberapa foto dari destinasi wisata itu.
"Wow, tempatnya cakep banget, bro. Lu nemu aja tempat kek gini." Ujar Yeonjun dengan nada menggebu-gebu. Ia sangat terkesima dengan tempat itu. Rasanya ia ingin memesan tiket pesawat sekarang juga. Anggota lainnya pun tak jauh berbeda. Mereka sibuk membuka website-website di internet dan membandingkan tempat mana yang lebih memungkinkan untuk dikunjungi.
"Kita gak pernah ke Karibia, lho. Liat nih, pemandangannya bagus banget." Ujar Taehyun. Ia menunjukkan beberapa foto pemandangan dari dua pulau terkenal di Karibia.
"Bagus sih bagus, tapi mahal banget biaya penginapannya. Tempat yang kakak sebutin rata-rata di atas 2 juta per malam." Sahut Hueningkai.
"Uang lu kan banyak, kocak. Bisa-bisanya mikirin duit. Lagian pasti dibayarin yayasan juga, kan?" Balas Jerome. Hueningkai nyengir lebar mendengarnya.
"Iya juga, sih." Balasnya kemudian.
"Meskipun dibayarin, sebenernya nggak sepenuhnya gratis. Mereka nyantumin batas uangnya juga." Soobin menimpali.
"Kasih rekomendasi yang agak murah aja, Jer. Cari yang biaya penginapannya cocok di kantong mahasiswa." Pinta Taehyun.
Jerome sedikit merengut. Ia kesal disuruh-suruh seperti itu. Lagi pula orang di hadapannya ini keluarga konglomerat. Tadinya ia hendak protes saat tiba-tiba otaknya mengingat sesuatu.
"Gw ada destinasi wisata, nih. Tempatnya bagus pake banget dan biaya penginapannya gratis. Ampe ke biaya transportasi juga gratis."
Kelima pemuda itu terperangah mendengarnya.
"Seriusan, Jer? Banyak gratisan begitu kok malah agak mencurigakan, ya." Balas Beomgyu.
"Coba spill tempatnya dimana." Sahut Yeonjun.
Jerome kembali mengeluarkan ponselnya. Ia menunjukkan beberapa fotonya saat mengunjungi tempat tersebut. Kelima pemuda itu kembali terperangah melihat berbagai foto estetik yang diperlihatkan oleh Jerome.
"Letaknya agak jauh sih dari sini. Tempat ini sebenernya private island. Gak sembarangan orang bisa masuk ke sini. Mesti ada izin khusus lah biar bisa masuk. Tapi sekalinya lu dapet izin, seluruh biaya dihapus alias lu gak perlu bayar apapun."
"Lah, kalo begitu gimana cara kita bisa dapet izin?" Tanya Beomgyu.
"Gampang sih. Lu pada cukup jadi perwakilan gw buat dateng ke sana."
"APA?!" Kelima pemuda itu tersentak kaget saat mendengar ucapan Jerome barusan. Apakah Jerome ini orang yang sangat amat penting sampai mereka kesana dikirim sebagai perwakilan?
"Wah, Jer. Lu ini sebetulnya apa? Keren banget ampe diundang ke private island." Ucap Yeonjun. Matanya berbinar demi mendengar pernyataan Jerome.
"Nih, gw jelasin ya. Lu inget nggak organisasi gede yang ngajakin gw gabung itu? Nah, organisasi itu ada di bawah naungan organisasi induk bernama Solarian. Solarian ini yang bikin organisasi gw bisa terhubung ke dunia internasional. Setiap tahunnya, Solarian bikin acara festival budaya besar-besaran yang diadakan di Pulau Solara. Mereka ngundang banyak banget orang dari seluruh dunia. Acara ini wajib banget buat dihadirin sama kita, bro. Sayangnya saat ini, organisasi gw gabisa ngirim orang buat ngehadirin acara tahunan itu. Makanya nih kalo bisa, gw pengen ngirim kalian ke sana."
"Kenapa harus kita? Kita kan orang luar, gak pernah masuk ke organisasi kalian juga." Sahut Soobin. Jerome kembali menghela nafasnya, bersiap untuk menjelaskan.
"Sebetulnya kita bisa mengirim seseorang dari luar organisasi dengan beberapa syarat. Salah satunya, mereka yang dikirim harus punya bakat dalam bidang seni rupa dan budaya atau setidaknya punya pemahaman dasar dalam berbagai jenis seni rupa. Kalian semua kan punya bakat seni, cocok banget buat jadi perwakilan gw."
Kelima pemuda itu nampak berpikir. Sulit untuk menerima tawaran dari Jerome karena mereka mungkin harus berhubungan dengan banyak orang sebab posisi mereka sebagai perwakilan. Rasanya liburan kali ini lebih tepat disebut sebagai acara delegasi. Melihat keraguan mulai tampak pada raut wajah mereka, Jerome segera memikirkan rangkaian kata untuk meyakinkan lima pemuda ini.
"Kalian bisa tetep liburan." Ucapnya. "Kalian cuma ngehadirin acara festival selama sebulan. Selain festival, kalian juga bisa eksplor pulau sambil belajar banyak hal di sana. Peraturannya gak ketat, kok. Asal kalian hadir di kursi aja pas festival dimulai. Sisanya kalian bisa keliling-keliling sepuas hati secara gratis. Semua biaya ditanggung organisasi." Jerome sengaja menekankan kata gratis agar mereka semakin tertarik untuk mengikuti acara festival ini. Kelima pemuda itu saling tatap. Mereka mengakui bahwa tawaran ini luar biasa menarik. Mereka hanya perlu mengikuti acara festival (yang pastinya seru). Selain itu, mereka bisa mengeksplorasi pulau estetik ini tanpa perlu mengkhawatirkan biaya. Bukankah itu tawaran yang sungguh menarik?
"Tapi tetep aja, Jer. Kita di sana...."
"Dijamin aman, kok. Kalian gak bakal sadar kalo kalian sebetulnya cuma perwakilan di sana. Pasti kalian bakal asik sama acaranya. Ayolah! Gw kasih waktu buat kalian mikir ampe besok pagi, ya. Hanya kalian lah satu-satunya harapan." Ucap Jerome memotong ucapan Soobin. Pemuda itu segera ngibrit setelah mengatakan kalimat itu, sedangkan kelima pemuda itu dihantui rasa penasaran dengan tawarannya.
- Tbc. Jujur ini gak nyambung aksnjagdsgf.
Komentar
Posting Komentar